Selamat Datang.............

Rabu, November 25, 2009

Wajah Yang Jujur

Pernahkah anda menatap orang-orang terdekat anda saat ia sedang tidur?

Kalau belum, cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur. Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang. Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik dan gemerlap pun bisa jadi akan tampak polos dan jauh berbeda jika ia sedang tidur. Orang paling kejam di dunia pun jika ia tidur sudah tak akan tampakl wajah bengisnya Perhatikanlah ayah anda saat beliau sedang tidur.

Sadarilah, betapa badan yang dulu kekar dan gagah itu kini semakin tua dan ringkih, betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut mulai terpahat di wajahnya. Orang inilah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita, anak-anaknya. Orang inlah rela melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar.

Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibu anda. Hmm.. kulitnya mulai keriput dan tangan yang dulu halus membelai-belai tubuh bayi kita itu kini kasar karena terpaan hidup yang keras. Oang inilah yang tiap hari mengurus kebutuhan kita. Orang inilah yang paling rajin mengingatkan dan mengomeli kita semata-mata karena rasa kasih dan sayangnya itu sering kita salah artikan.

Cobalah menatap wajah orang-orang tercinta itu : Ayah, Ibu, suami, istri, kakak, adik, anak, sahabat, semuanya. Rasakan sensasi yang timbul sesudahnya. Rasakan energi cinta yang mengalir pelan-pelan saat menatap wajah lugu yang terlelap itu. Rasakan getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan orang-orang itu untuk kebagaiaan anda. Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalah pahaman kecil yang entah kenapa selalu saja nampak besar.

Secara ajaib Tuhan mengatur agar pengorbanan itu bisa tampak lagi melalui wajah-wajah jujur mereka saat sedang tidur. Pengorbanan yang kadang melelahkan namaun enggan merka ungkapkan. dan Ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkapkan segalanya. Tanpa kata, tanpa suara dia berkata : "betapa lelahnya aku hari ini." dan penyebab lelah itu? Untuk siapa dia berlelah-lelah? Tak lain adalah suami yang bekerja keras mencari nafkah dan istri yang bekerja mengurus dan mendidik anak, juga rumah. Kakak, adik, anak, dan sahabat yang telah melewatkan hari-hari suka dan duka bersama kita.

Kamis, November 05, 2009

MENCINTAI SAYYIDUL WUJUD RASULULLAH SAW

Sahabat, Dibawah ini kisah seorang nenek yang sangat mencintai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam :
Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur.
Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid.Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya. Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya.
Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang. Pada hari itu, perempuan itu datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras.
Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”
Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa.
Seorang kiyai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu.
Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat,
Pertama : hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya,
Kedua : rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.
Sekarang perempuan tua itu sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu. “Saya ini perempuan bodoh, pak Kiyai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhir tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad saw. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu shalawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan shalawat kepadanya.”
Subhanallah, Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cintanya kepada Rasulullah SHallallahu 'Alaihi Wassallam dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur. Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Allah. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wassallam.
Sahabat dibawah ini Kisah pembanding, yang sangat terbalik dengan Seorang nenek tadi :
Ada seorang pemuda yang mimpi bertemu dengan Sayyidul Wujud Muhammad Shallalahu 'Alaihi Wassallam dan Rasulullah tidak menoleh terhadapnya.
Kemudian si pemuda tersebut bertanya pada Sayyidul Wujud Muhammad Shallalahu 'Alaihi Wassallm “Wahai Rasulullah apakah eangkau marah…?”
Rasul Shallalahu 'Alaihi Wassallm menjawab, “Tidak…”
Kemudian pemuda tersebut bertanya lagi pada Sayyidul Wujud Muhammad Shallalahu 'Alaihi Wassallm, “kenapa engkau tidak menoleh kepadaku Wahai Rasul Shallalahu 'Alaihi Wassallm…?”
Rasul Shallalahu 'Alaihi Wassallam menjawab, “ karena aku tidak mengenalmu…”
Kemudian pemuda tersebut berkata, “bagaimana engkau tidak mengenalku ya Rasul Shallalahu 'Alaihi Wassallam, sedang aku adalah ummatmu…?”
(Ulama mengatakan bahwa Sayyidul Wujud Muhammad Shallalahu 'Alaihi Wassallam lebih mengenal ummatnya daripada seorang ibu mengenal anaknya.)
Rasul Shallalahu 'Alaihi Wassallam menjawab, “ karena engkau tidak pernah bershalawat kepadaku…”
Dari Sayyidul Wujud Muhammad Rasul Shallalahu 'Alaihi Wassallam,
“bahwasanya kadar aku mengenal seseorng ummatku tergantung kadar dia bershalawat kepadaku…”