Selamat Datang.............

Rabu, Desember 02, 2009

RENUNGKAN

Wanita ini berumur tujuh puluhan. Pernahkah Anda membayangkan bagaimana orang seusia ini menilai hidupnya?Jika ada yang ia ingat tentang hidupnya, tentunya berupa suatu "kehidupan yang cepat berlalu".
Ia akan berkomentar bahwa hidupnya tidaklah "panjang" sebagaimana impiannya di usia belasan. Mungkin tak pernah terlintas dalam benaknya bahwa suatu hari ia akan menjadi begitu tua. Namun kini, ia dicekam oleh kenyataan bahwa ia telah meninggalkan tujuh puluh tahun di belakangnya. Ketika muda, mungkin tak pernah terpikir olehnya bahwa kebeliaan dengan segala gairahnya akan berlalu begitu cepat.
Bila pada usia senja ia diminta untuk menceritakan kisah hidupnya, kenangannya akan terangkum dalam pembicaraan selama lima atau enam jam saja. Hanya itulah yang tersisa dari yang disebutnya sebagai "masa tujuh puluh tahun yang panjang".
Daya pikir seseorang, yang melemah sesuai usia, dipenuhi banyak pertanyaan. Berbagai pertanyaan ini sungguh penting untuk direnungkan, dan menjawabnya secara jujur sangat mendasar untuk memahami seluruh aspek kehidupan: "Apakah tujuan dari hidup yang berlalu begitu cepat ini? Mengapa aku harus terus bersikap positif dengan semua masalah kerentaan yang kumiliki? Apa yang akan terjadi di masa depan?"
Jawaban yang mungkin terhadap pertanyaan-pertanyaan ini terbagi dalam dua kategori utama: dari orang-orang yang mengimani Allah dan dari orang-orang yang tidak mengimani-Nya.
Seseorang yang tidak mengimani Allah akan mengatakan, "Saya telah menghabiskan hidup mengejar hal yang sia-sia. Saya telah meninggalkan tujuh puluh tahun di belakang saya, namun sebenarnya, saya masih belum dapat memahami untuk apa saya hidup. Ketika masih anak-anak, orang tua adalah pusat kehidupan saya. Saya mendapatkan kebahagiaan dan kesenangan dalam cinta mereka. Kemudian, sebagai seorang wanita muda, saya mengabdikan diri kepada suami dan anak-anak. Pada masa itu, saya membuat banyak cita-cita untuk diri saya. Namun ketika tercapai, semuanya seperti sesuatu yang cepat berlalu. Saat bergembira dalam keberhasilan, saya melangkah menuju cita-cita lain yang menyibukkan, sehingga saya tidak memikirkan makna hidup yang sesungguhnya. Kini pada usia tujuh puluh tahun, dalam ketenangan usia senja, saya mencoba menemukan apa gerangan tujuan masa lalu saya. Apakah saya hidup untuk orang-orang yang kini hanya samar-samar saya ingat? Untuk orang tua saya? Untuk suami saya yang telah berpulang bertahun-tahun yang lalu? Atau anak-anak yang kini jarang saya lihat karena telah memiliki keluarga masing-masing? Saya bingung. Satu-satunya kenyataan adalah bahwa saya merasa dekat dengan kematian. Saya akan segera meninggal dan menjadi kenangan yang redup dalam benak orang-orang. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Saya benar-benar tidak tahu. Bahkan memikirkannya saja sudah menakutkan!"
Tentunya ada alasan mengapa ia begitu berputus asa. Ini semata karena ia tidak dapat memahami bahwa alam semesta, seluruh makhluk hidup dan manusia memiliki tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dan harus dipenuhi dalam hidup. Adanya tujuan-tujuan ini berasal dari fakta bahwa segalanya telah diciptakan. Orang yang berakal dapat melihat hadirnya perencanaan, perancangan, dan kearifan dalam setiap detail dunia yang penuh variasi. Hal ini membawanya pada pengenalan terhadap sang Pencipta. Selanjutnya ia akan menyimpulkan bahwa, karena seluruh makhluk hidup tidaklah disebabkan oleh suatu proses acak atau tanpa sadar; mereka semua menjalankan tujuan yang penting. Dalam Al Quran, pedoman asli terakhir yang diturunkan untuk manusia, Allah berulang kali mengingatkan kita akan tujuan hidup kita, suatu hal yang cenderung kita lupakan, dan dengannya membimbing kita pada kejelasan pemikiran dan kesadaran.
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. (QS. Huud, 11: 7)
Ayat ini memberikan pemahaman penuh akan tujuan hidup bagi orang-orang yang beriman. Mereka mengetahui bahwa hidup ini adalah tempat mereka diuji dan dicoba oleh Pencipta mereka. Karenanya, mereka berharap untuk berhasil dalam ujian ini dan mencapai surga serta kesenangan yang baik dari Allah.
Akan tetapi, demi kejelasan, ada sebuah poin penting untuk dipikirkan: mereka yang mempercayai 'keberadaan' Allah tidak lantas memiliki keyakinan yang benar; jika mereka tidak meletakkan kepercayaan kepada Allah. Kini, banyak orang menerima bahwa alam semesta adalah ciptaan Allah; namun, mereka kurang memahami dampak fakta ini terhadap hidup mereka. Karenanya, mereka tidak menjalankan hidup mereka sebagaimana yang seharusnya. Apa yang dianggap orang-orang ini sebagai kebenaran adalah, bahwa pada awalnya Allah menciptakan alam semesta ini, kemudian meninggalkannya.
Dalam Al Quran, Allah menunjukkan kesalahpahaman ini dalam ayat berikut:
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Luqman, 31: 25)
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan? (Surat az-Zukhruf: 87)
Karena kesalahpahaman ini, manusia tidak dapat menghubungkan kehidupan mereka sehari-hari dengan fakta bahwa mereka memiliki Pencipta. Itulah alasan dasar mengapa setiap manusia mengembangkan prinsip dan nilai-nilai moral pribadinya sendiri, yang terbentuk dalam budaya, komunitas, dan keluarga tertentu. Prinsip-prinsip ini sebenarnya berfungsi sebagai "petunjuk hidup" hingga datangnya kematian. Manusia yang menaati nilai-nilai mereka sendiri akan mendapatkan kenyamanan dalam harapan bahwa setiap tindakan yang salah akan dihukum sementara dalam neraka. Pemikiran sejenis menyimpulkan bahwa kehidupan abadi dalam surga akan mengikuti masa penyiksaan ini. Pemikiran tersebut tanpa sadar meredakan rasa takut akan hukuman yang memilukan di akhir kehidupan. Beberapa orang, di lain pihak, bahkan tidak merenungkan hal ini. Mereka sama sekali tidak memedulikan dunia selanjutnya dan "memanfaatkan hidup sebaik-baiknya".
Bagaimanapun, hal di atas tidak benar dan kenyataannya berseberangan dengan apa yang mereka pikirkan. Mereka yang berpura-pura tidak menyadari keberadaan Allah akan terjebak dalam keputusasaan yang dalam. Dalam Al Quran, orang-orang tersebut digambarkan sebagai berikut:
Mereka hanya mengetahui yang lahir dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang akhirat adalah lalai. (QS. Ar-Ruum, 30: 7)
Tentulah, orang-orang ini hanya memahami sedikit saja mengenai keberadaan dan tujuan sesungguhnya dunia ini, dan mereka tidak pernah berpikir bahwa kehidupan dalam dunia ini tidaklah kekal.
Ada beberapa ungkapan yang umum dipergunakan manusia mengenai pendeknya kehidupan ini: "Manfaatkanlah hidupmu sebaik-baiknya selagi sempat", "hidup itu pendek", "manusia tidak hidup selamanya" adalah ungkapan yang selalu dirujuk dalam mendefinisikan sifat dasar dunia ini. Namun, ungkapan-ungkapan ini mengandung keterikatan yang terselubung kepada hidup ini, dibandingkan kepada hidup setelahnya. Ungkapan-ungkapan itu mencerminkan perilaku umum manusia terhadap kehidupan dan kematian. Karena kecintaan akan hidup yang demikian besarnya, pembicaraan tentang kematian selalu diselingi dengan lelucon atau hal lain yang mengurangi keseriusan permasalahan tersebut. Selingan ini selalu memiliki tujuan, sebagai upaya sengaja untuk mereduksi permasalahan penting tersebut menjadi hal yang remeh.
Kematian sesungguhnya merupakan topik yang penting untuk direnungkan. Hingga saat seperti ini dalam kehidupannya, seseorang mungkin tidak menyadari betapa berarti kenyataan ini. Namun, karena kini ia punya kesempatan untuk memahami pentingnya hal tersebut, ia harus mempertimbangkan kembali kehidupan dan segenap harapannya. Tidak pernah ada kata terlambat untuk bertobat kepada Allah serta mengarahkan kembali seluruh perilaku dan melanjutkan kehidupan seseorang dalam kepatuhan akan kehendak Allah. Hidup itu pendek; jiwa manusia kekal. Dalam masa yang pendek ini, seseorang seharusnya tidak membiarkan keinginan yang sementara mengendalikannya. Seseorang seharusnya melawan godaan dan menjauhkan dirinya dari segala hal yang memperkuat ikatannya terhadap dunia ini. Sungguh tidak bijaksana untuk mengabaikan dunia yang selanjutnya, hanya demi kesenangan yang sementara ini.
Meski demikian, orang-orang yang tidak beriman dan tidak dapat memahami kenyataan ini menghabiskan hidup mereka dalam kesia-siaan dengan melupakan Allah. Lebih lanjut, mereka mengetahui bahwa tidaklah mungkin mereka mencapai keinginan-keinginan ini. Mereka selalu merasakan ketidakpuasan yang dalam dan menginginkan lebih daripada apa yang mereka miliki kini. Mereka memiliki harapan dan keinginan yang tidak berakhir. Namun, dunia bukanlah tempat yang sesuai untuk memuaskan keinginan-keinginan ini.
Tidak ada yang kekal di dunia ini. Waktu berlaku pada hal-hal yang bagus dan baru. Sebuah mobil baru akan segera ketinggalan jaman begitu model lain dirancang, diproduksi, dan dipasarkan. Sama halnya, seseorang mungkin menginginkan rumah besar milik orang lain atau rumah mewah dengan ruangan yang lebih banyak daripada penghuninya dan dengan perlengkapan yang dilapisi emas, yang pernah dilihat sebelumnya, akan kehilangan selera terhadap rumahnya sendiri dan tidak dapat menghindari hal-hal tersebut dengan rasa iri.
Sebuah pencarian tak berakhir untuk sesuatu yang baru dan lebih baik tidak memberikan nilai ketika ia telah dicapai, celaan terhadap sesuatu yang lama, dan meletakkan seluruh harapan pada yang baru: ini adalah lingkaran setan yang telah dialami manusia di mana pun sepanjang sejarah. Namun, seorang manusia yang berilmu pengetahuan seharusnya berhenti dan bertanya pada diri sendiri untuk sesaat: mengapa ia mengejar ambisi yang sementara dan sudahkah ia dapatkan keuntungan dari upaya itu? Akhirnya, ia seharusnya menarik kesimpulan bahwa "ada masalah mendasar pada pandangan ini". Namun manusia, yang sedikit sekali memikirkan hal ini, terus mengejar mimpi yang sepertinya tidak akan dapat mereka capai.
Tidak ada seorang pun, bagaimanapun juga, mengetahui apa yang akan terjadi bahkan dalam beberapa jam mendatang: setiap saat seseorang mungkin mengalami kecelakaan, terluka parah, atau menjadi cacat. Lebih jauh lagi, waktu berlalu dalam perhitungan menuju kematian seseorang. Setiap hari membawa hari yang telah ditakdirkan tersebut lebih dekat. Kematian pastilah menghapus seluruh ambisi, keserakahan, dan keinginan terhadap dunia ini. Di dalam tanah, baik harta benda maupun status tidak berlaku. Setiap harta benda yang membuat kita kikir, begitupun tubuh kita, akan menghilang dan meluruh di dalam tanah. Apakah seseorang itu kaya atau miskin, cantik atau jelek, suatu saat ia akan dibungkus dalam kafan yang sederhana.
Kami percaya bahwa Fakta-Fakta yang Mengungkap Hakikat Hidup menawarkan sebuah penjelasan mengenai sifat yang sesungguhnya dari kehidupan manusia. Sebuah kehidupan pendek dan penuh tipuan yang didalamnya keinginan duniawi terlihat menarik dan penuh janji, namun kenyataannya bertolak belakang. Buku ini akan memungkinkan Anda merasakan hidup Anda dan seluruh kenyataannya, dan membantu Anda memikirkan kembali tujuan Anda dalam hidup, bila Anda menginginkannya.
Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk mengingatkan manusia lain akan fakta-fakta ini, dan menyuruh mereka hidup hanya untuk memenuhi keinginan-Nya, sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam ayat berikut:
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat menolong bapaknya sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan penipu memperdayakan kamu dalam Allah. (QS. Luqman, 31: 33)

Rabu, November 25, 2009

Wajah Yang Jujur

Pernahkah anda menatap orang-orang terdekat anda saat ia sedang tidur?

Kalau belum, cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur. Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang. Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik dan gemerlap pun bisa jadi akan tampak polos dan jauh berbeda jika ia sedang tidur. Orang paling kejam di dunia pun jika ia tidur sudah tak akan tampakl wajah bengisnya Perhatikanlah ayah anda saat beliau sedang tidur.

Sadarilah, betapa badan yang dulu kekar dan gagah itu kini semakin tua dan ringkih, betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut mulai terpahat di wajahnya. Orang inilah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita, anak-anaknya. Orang inlah rela melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar.

Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibu anda. Hmm.. kulitnya mulai keriput dan tangan yang dulu halus membelai-belai tubuh bayi kita itu kini kasar karena terpaan hidup yang keras. Oang inilah yang tiap hari mengurus kebutuhan kita. Orang inilah yang paling rajin mengingatkan dan mengomeli kita semata-mata karena rasa kasih dan sayangnya itu sering kita salah artikan.

Cobalah menatap wajah orang-orang tercinta itu : Ayah, Ibu, suami, istri, kakak, adik, anak, sahabat, semuanya. Rasakan sensasi yang timbul sesudahnya. Rasakan energi cinta yang mengalir pelan-pelan saat menatap wajah lugu yang terlelap itu. Rasakan getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan orang-orang itu untuk kebagaiaan anda. Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalah pahaman kecil yang entah kenapa selalu saja nampak besar.

Secara ajaib Tuhan mengatur agar pengorbanan itu bisa tampak lagi melalui wajah-wajah jujur mereka saat sedang tidur. Pengorbanan yang kadang melelahkan namaun enggan merka ungkapkan. dan Ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkapkan segalanya. Tanpa kata, tanpa suara dia berkata : "betapa lelahnya aku hari ini." dan penyebab lelah itu? Untuk siapa dia berlelah-lelah? Tak lain adalah suami yang bekerja keras mencari nafkah dan istri yang bekerja mengurus dan mendidik anak, juga rumah. Kakak, adik, anak, dan sahabat yang telah melewatkan hari-hari suka dan duka bersama kita.

Kamis, November 05, 2009

MENCINTAI SAYYIDUL WUJUD RASULULLAH SAW

Sahabat, Dibawah ini kisah seorang nenek yang sangat mencintai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam :
Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur.
Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid.Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya. Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya.
Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang. Pada hari itu, perempuan itu datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras.
Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”
Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa.
Seorang kiyai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu.
Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat,
Pertama : hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya,
Kedua : rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.
Sekarang perempuan tua itu sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu. “Saya ini perempuan bodoh, pak Kiyai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhir tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad saw. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu shalawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan shalawat kepadanya.”
Subhanallah, Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cintanya kepada Rasulullah SHallallahu 'Alaihi Wassallam dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur. Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Allah. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wassallam.
Sahabat dibawah ini Kisah pembanding, yang sangat terbalik dengan Seorang nenek tadi :
Ada seorang pemuda yang mimpi bertemu dengan Sayyidul Wujud Muhammad Shallalahu 'Alaihi Wassallam dan Rasulullah tidak menoleh terhadapnya.
Kemudian si pemuda tersebut bertanya pada Sayyidul Wujud Muhammad Shallalahu 'Alaihi Wassallm “Wahai Rasulullah apakah eangkau marah…?”
Rasul Shallalahu 'Alaihi Wassallm menjawab, “Tidak…”
Kemudian pemuda tersebut bertanya lagi pada Sayyidul Wujud Muhammad Shallalahu 'Alaihi Wassallm, “kenapa engkau tidak menoleh kepadaku Wahai Rasul Shallalahu 'Alaihi Wassallm…?”
Rasul Shallalahu 'Alaihi Wassallam menjawab, “ karena aku tidak mengenalmu…”
Kemudian pemuda tersebut berkata, “bagaimana engkau tidak mengenalku ya Rasul Shallalahu 'Alaihi Wassallam, sedang aku adalah ummatmu…?”
(Ulama mengatakan bahwa Sayyidul Wujud Muhammad Shallalahu 'Alaihi Wassallam lebih mengenal ummatnya daripada seorang ibu mengenal anaknya.)
Rasul Shallalahu 'Alaihi Wassallam menjawab, “ karena engkau tidak pernah bershalawat kepadaku…”
Dari Sayyidul Wujud Muhammad Rasul Shallalahu 'Alaihi Wassallam,
“bahwasanya kadar aku mengenal seseorng ummatku tergantung kadar dia bershalawat kepadaku…”

Kamis, Oktober 22, 2009

DAYA TARIK HARTA BENDA DUNIAWI

Sepanjang kehidupan, kita punya cita-cita tertentu untuk dicapai: kekayaan, harta benda, dan kedudukan yang lebih baik, serta pasangan dan anak-anak. Inilah di antara cita-cita yang umum bagi hampir semua orang. Segala rencana dan upaya dikerahkan untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Meskipun satu-satunya fakta yang tidak dapat disangkal adalah bahwa segala sesuatunya cenderung menua dan musnah, manusia tidak dapat melepaskan dirinya dari keterikatan terhadap benda-benda. Suatu hari sebuah mobil baru akan ketinggalan zaman; karena sebab-sebab alamiah, tanah pertanian yang subur menjadi gersang; seorang yang cantik kehilangan semua pesonanya ketika ia menua. Di atas segalanya, setiap manusia di muka bumi akan mati, meninggalkan segala sesuatu yang dimilikinya. Namun meskipun terdapat fakta-fakta yang tak terbantahkan ini, manusia menunjukkan kecintaan yang tak terhingga kepada harta benda.
Mereka yang menghabiskan hidupnya dalam kecintaan buta akan harta benda duniawi, akan menyadari bahwa mereka menghabiskan seluruh hidup mereka mengejar ilusi. Mereka akan menyadari keadaan yang menggelikan ini setelah mereka mati. Pada saat itulah akan tampak jelas bagi mereka tujuan akhir kehidupan, yakni menjadi hamba Allah yang ikhlas.
Di dalam Al Quran, Allah cukup banyak menyebutkan "keterikatan yang dalam" ini di dalam ayat-ayat berikut:
Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (QS. Ali 'Imran, 3: 14)
Semua hal di dunia ini kekayaan, pasangan, anak-anak, dan perdagangan menyibukkan banyak orang di dalam hidupnya. Namun, jika mereka dapat memahami kekuasaan dan keagungan Allah, mereka akan paham bahwa semua hal yang diberikan kepada manusia ini hanyalah sarana untuk memperoleh keridhaan-Nya. Dengan cara ini, mereka juga akan memahami bahwa tujuan utama manusia adalah menjadi hamba-Nya. Sedangkan, mereka yang tidak benar-benar beriman kepada Allah memiliki pandangan yang kabur dan pemahaman yang dangkal akan keberadaan mereka karena ambisi-ambisi duniawi mereka. Mereka mengharapkan hal-hal besar dari kehidupan yang cacat ini.
Mengejutkan bahwa manusia melupakan semua tentang Hari Akhirat, tempat tinggal yang sempurna dan mulia baginya, dan merasa puas dengan dunia ini. Kalaupun seseorang tidak memiliki keimanan yang sempurna, adanya "kemungkinan" kecil tentang Hari Akhirat seharusnya membuatnya, paling tidak, bersikap lebih hati-hati.
Orang-orang yang beriman, sebaliknya sangat menyadari bahwa hal ini, sama sekali bukanlah "kemungkinan", namun kenyataan. Karena itulah hidup mereka bertujuan untuk menghapuskan kemungkinan sekecil-kecilnya dari terjerumus ke dalam neraka; seluruh upaya mereka dimaksudkan untuk mencapai surga. Mereka sangat paham pahitnya kekecewaan di Hari Akhirat setelah kehidupan yang habis tersia-sia. Mereka juga menyadari bahwa tumpukan kekayaan, seperti rekening bank yang melimpah, mobil-mobil dan kediaman yang mewah, tidak akan diterima sebagai tebusan bagi azab yang kekal. Lebih-lebih lagi, tak seorang pun keluarga atau teman akrab seseorang akan datang untuk menyelamatkannya dari kesedihan abadi ini. Sebaliknya, setiap jiwa akan berusaha menyelamatkan dirinya sendiri. Namun walau begitu, kebanyakan orang mengira bahwa kehidupan ini tidak berlanjut ke Hari Akhirat, dan dengan serakah merengkuh dunia ini. Allah menyebutkan ini di dalam ayat berikut:
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. (QS. At-Takaatsur: 1-2)
Godaan kepada harta benda duniawi, tak diragukan lagi, merupakan rahasia dari ujian. Allah menciptakan semua hal yang ia limpahkan dengan sangat indah, namun juga singkat usianya. Hal ini hanyalah untuk membuat manusia berpikir dan membandingkan hal-hal yang diberikan kepada mereka di dunia ini dengan Hari Akhir. Inilah "rahasia" yang kita bicarakan. Kehidupan di dunia memang indah; begitu penuh warna dan atraktif, mengungkapkan keagungan penciptaan oleh Allah. Tak diragukan, manusia menginginkan hidup yang baik dan menyenangkan dan, tentu saja, memohon kepada Allah untuk menjalani hidup seperti itu. Namun ini tidak pernah dapat menjadi tujuan akhir, karena tujuan seperti itu dalam hidup tidaklah lebih penting daripada meraih keridhaan Allah dan surga. Karenanya, manusia hendaknya tidak boleh pernah melupakan tujuan utamanya, sembari menikmati segala karunia ini. Allah memperingatkan manusia tentang hal ini di dalam ayat berikut:
Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya? (QS. Al Qashas, 28: 60)
Kesukaan yang sangat akan benda-benda duniawi adalah salah satu penyebab manusia melupakan Hari Akhir. Ada hal lain yang harus diingat: manusia tidak pernah menemukan kebahagiaan sejati di dalam benda-benda duniawi yang ia rengkuh dengan serakah ataupun di dalam perbekalan yang ia upayakan mati-matian untuk miliki. Ini karena nafsu yang kuat susah dipuaskan. Tidak peduli betapa banyak yang dimilikinya, nafsu manusia tidak pernah berakhir. Ia pasti selalu mencari yang lebih banyak dan lebih baik. Karena itulah manusia tidak pernah mendapatkan ketenangan dan kepuasan di dunia ini.
Adakah Kekayaan yang Sebenarnya di Dunia Ini?
Kebanyakan manusia mengira mereka dapat memperoleh kehidupan yang sempurna begitu mereka bertekad untuk itu. Lebih jauh lagi, mereka mengira bahwa kualitas hidup yang tinggi bisa dicapai dengan memiliki lebih banyak uang, standar hidup yang lebih baik, keluarga yang bahagia, dan kedudukan yang terhormat di masyarakat. Namun, orang-orang yang mencurahkan seluruh waktu mereka untuk memperoleh hal-hal se-perti itu jelas-jelas melakukan kesalahan. Pertama, mereka hanya berjuang untuk meraih ketenteraman dan kebahagiaan di dunia ini dan sama sekali melupakan Hari Akhirat. Walaupun terdapat fakta bahwa tujuan utama mereka adalah menjadi hamba Allah di dunia ini dan mensyukuri apa-apa yang dianugerahkan-Nya, mereka menghabiskan hidup untuk memenuhi berbagai hasrat mereka yang sia-sia.
Allah memberitahukan betapa remeh dan menipunya daya tarik dunia di dalam Al Quran:
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagum-kan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al Hadiid, 57: 20)
Tidak mengimani Hari Akhirat atau menganggapnya sebagai kemungkinan yang jauh adalah kesalahan pokok dari banyak orang. Mereka yakin bahwa mereka tidak akan pernah kehilangan kekayaannya. Kesombongan membuat mereka menghindar dari ketundukan kepada Allah dan memalingkan wajah mereka dari janji-Nya. Akhir dari orang-orang seperti ini dikisahkan sebagai berikut:
Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. Yunus, 10: 7-8)
Sejarah telah menyaksikan banyak orang semacam ini. Para raja, kaisar, dan fir’aun menganggap mereka dapat memperoleh keabadian dengan kekayaan mereka yang hebat; pemikiran bahwa ada sesuatu yang lebih berharga daripada kekayaan dan kekuasaan mungkin tidak pernah terlintas pada mereka. Mentalitas yang cacat ini menyesatkan banyak orang, yang sangat terkesan oleh kekayaan dan kekuasaan mereka. Namun, semua orang yang tidak beriman ini menghadapi akhir yang mengerikan. Di dalam Al Quran, Allah memberitahukan tentang mereka:
Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (QS. Al Mu'minuun, 23: 55-56)
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir. (QS. At-Taubah, 9: 55)
Orang-orang ini sebenarnya telah mengabaikan sebuah poin yang sangat menentukan. Semua kekayaan dan segala sesuatu yang dianggap penting adalah milik Allah. Allah, Pemilik sebenarnya segala kekayaan, memberikannya kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Sebagai balasannya, manusia diharapkan untuk bersyukur kepada Allah dan menjadi hamba-Nya yang taat. Hendaklah diingat bahwa tidak seorang pun dapat menghalangi pemberian Allah kepada seseorang. Sebaliknya, begitu kekayaan seseorang dicabut, tiada selain Allah yang kuasa mencegahnya. Dengan inilah, Allah menguji manusia. Namun, orang-orang yang melupakan Pencipta mereka dan hari penghisaban tidak mengindahkan ini:
Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (hanya sedikit) . (QS. Ar-Ra'd, 13: 26)

Selasa, September 08, 2009

HARI QIYAMAT

Tanda-Tanda Hari Kiamat

Tanda-tanda kiamat adalah alamat kiamat yang menunjukkan akan terjadinya kiamat tersebut. Dan tanda-tanda kiamat ada dua: tanda-tanda kiamat besar dan tanda-tanda kiamat kecil.

Tanda kiamat kecil adalah tanda yang datang sebelum kiamat dengan waktu yang relatif lama, dan kejadiannya biasa, seperti dicabutnya ilmu, dominannya kebodohan, minum khamr, berlomba-lomba dalam membangun, dan lain-lain. Terkadang sebagiannya muncul menyertai tanda kiamat besar atau bahkan sesudahnya.

Tanda kiamat besar adalah perkara yang besar yang muncul mendekati kiamat yang kemunculannya tidak biasa terjadi, seperti muncul Dajjal, Nabi Isa a.s., Ya’juj dan Ma’juj, terbit matahari dari Barat, dan lain-lain.

Para ulama berbeda pendapat tentang permulaan yang muncul dari tanda kiamat besar. Tetapi Ibnu Hajar berkata, “Yang kuat dari sejumlah berita tanda-tanda kiamat, bahwa keluarnya Dajjal adalah awal dari tanda-tanda kiamat besar, dengan terjadinya perubahan secara menyeluruh di muka bumi. Dan diakhiri dengan wafatnya Isa a.s. Sedangkan terbitnya matahari dari Barat adalah awal dari tanda-tanda kiamat besar yang mengakibatkan perubahan kondisi langit. Dan berakhir dengan terjadinya kiamat.” Ibnu Hajar melanjutkan, ”Hikmah dari kejadian ini bahwa ketika terbit matahari dari barat, maka tertutuplah pintu taubat.” (Fathul Bari)

Tanda-Tanda Kiamat Kecil

Tanda-tanda kiamat kecil terbagi menjadi dua: Pertama, kejadian sudah muncul dan sudah selesai; seperti diutusnya Rasulullah saw., terbunuhnya Utsman bin ‘Affan, terjadinya fitnah besar antara dua kelompok orang beriman. Kedua, kejadiannya sudah muncul tetapi belum selesai bahkan semakin bertambah; seperti tersia-siakannya amanah, terangkatnya ilmu, merebaknya perzinahan dan pembunuhan, banyaknya wanita dan lain-lain.

Di antara tanda-tanda kiamat kecil adalah:

1. Diutusnya Rasulullah saw

Jabir r.a. berkata, ”Adalah Rasulullah saw. jika beliau khutbah memerah matanya, suaranya keras, dan penuh dengan semangat seperti panglima perang, beliau bersabda, ‘(Hati-hatilah) dengan pagi dan sore kalian.’ Beliau melanjutkan, ‘Aku diutus dan hari Kiamat seperti ini.’ Rasulullah saw. mengibaratkan seperti dua jarinya antara telunjuk dan jari tengah. (HR Muslim)

2. Disia-siakannya amanat

Jabir r.a. berkata, tatkala Nabi saw. berada dalam suatu majelis sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab Badui dan berkata, “Kapan terjadi Kiamat ?” Rasulullah saw. terus melanjutkan pembicaraannya. Sebagian sahabat berkata, “Rasulullah saw. mendengar apa yang ditanyakan tetapi tidak menyukai apa yang ditanyakannya.” Berkata sebagian yang lain, “Rasul saw. tidak mendengar.” Setelah Rasulullah saw. menyelesaikan perkataannya, beliau bertanya, “Mana yang bertanya tentang Kiamat?” Berkata lelaki Badui itu, ”Saya, wahai Rasulullah saw.” Rasulullah saw. Berkata, “Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah kiamat.” Bertanya, “Bagaimana menyia-nyiakannya?” Rasulullah saw. Menjawab, “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat.” (HR Bukhari)

3. Penggembala menjadi kaya

Rasulullah saw. ditanya oleh Jibril tentang tanda-tanda kiamat, lalu beliau menjawab, “Seorang budak melahirkan majikannya, dan engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang, dan miskin, penggembala binatang berlomba-lomba saling tinggi dalam bangunan.” (HR Muslim)

4. Sungai Efrat berubah menjadi emas

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sampai Sungai Eufrat menghasilkan gunung emas, manusia berebutan tentangnya. Dan setiap seratus 100 terbunuh 99 orang. Dan setiap orang dari mereka berkata, ”Barangkali akulah yang selamat.” (Muttafaqun ‘alaihi)

5. Baitul Maqdis dikuasai umat Islam

”Ada enam dari tanda-tanda kiamat: kematianku (Rasulullah saw.), dibukanya Baitul Maqdis, seorang lelaki diberi 1000 dinar, tapi dia membencinya, fitnah yang panasnya masuk pada setiap rumah muslim, kematian menjemput manusia seperti kematian pada kambing dan khianatnya bangsa Romawi, sampai 80 poin, dan setiap poin 12.000.” (HR Ahmad dan At-Tabrani dari Muadz).

6. Banyak terjadi pembunuhan

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiada akan terjadi kiamat, sehingga banyak terjadi haraj.. Sahabat bertanya apa itu haraj, ya Rasulullah?” Rasulullah saw. Menjawab, “Haraj adalah pembunuhan, pembunuhan.” (HR Muslim)

7. Munculnya kaum Khawarij

Dari Ali ra. berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Akan keluar di akhir zaman kelompok orang yang masih muda, bodoh, mereka mengatakan sesuatu dari firman Allah. Keimanan mereka hanya sampai di tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya. Di mana saja kamu jumpai, maka bunuhlah mereka. Siapa yang membunuhnya akan mendapat pahala di hari Kiamat.” (HR Bukhari).

8. Banyak polisi dan pembela kezhaliman

“Di akhir zaman banyak polisi di pagi hari melakukan sesuatu yang dimurkai Allah, dan di sore hari melakukan sesutu yang dibenci Allah. Hati-hatilah engkau jangan sampai menjadi teman mereka.” (HR At-Tabrani)

9. Perang antara Yahudi dan Umat Islam

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin berperang dengan yahudi. Maka kaum muslimin membunuh mereka sampai ada seorang yahudi bersembunyi di belakang batu-batuan dan pohon-pohonan. Dan berkatalah batu dan pohon, ‘Wahai muslim, wahai hamba Allah, ini yahudi di belakangku, kemari dan bunuhlah ia.’ Kecuali pohon Gharqad karena ia adalah pohon Yahudi.” (HR Muslim)

10. Dominannya Fitnah

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat, sampai dominannya fitnah, banyaknya dusta dan berdekatannya pasar.” (HR Ahmad).

11. Sedikitnya ilmu

12. Merebaknya perzinahan

13. Banyaknya kaum wanita

Dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda. “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat adalah ilmu diangkat, banyaknya kebodohan, banyaknya perzinahan, banyaknya orang yang minum khamr, sedikit kaum lelaki dan banyak kaum wanita, sampai pada 50 wanita hanya ada satu lelaki.” (HR Bukhari)

14. Bermewah-mewah dalam membangun masjid

Dari Anas ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Diantara tanda kiamat adalah bahwa manusia saling membanggakan dalam keindahan masjid.” (HR Ahmad, An-Nasa’i dan Ibnu Hibban)

15. Menyebarnya riba dan harta haram

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang pada manusia suatu waktu, setiap orang tanpa kecuali akan makan riba, orang yang tidak makan langsung, pasti terkena debu-debunya.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi)

Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Akan datang pada manusia suatu saat di mana seseorang tidak peduli dari mana hartanya didapat, apakah dari yang halal atau yang haram.” (HR Ahmad dan Bukhari)

Tanda-Tanda Kiamat Besar

Sedangkan tanda-tanda kiamat besar yaitu kejadian sangat besar dimana kiamat sudah sangat dekat dan mayoritasnya belum muncul, seperti munculnya Imam Mahdi, Nabi Isa, Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj.

Hudzaifah bin As-yad al-Ghifaryberkata, sewaktu kami sedang berbincang, tiba-tiba datang Nabi MuhammadS.A.W kepada kami lalu bertanya, “Apakah yang kamu semua sedang bincangkan.?” Lalu kami menjawab, “Kami sedang membincangkan tentang hari Kiamat.” 

Sabda Rasulullah S.A.W. “Sesungguhnya kiamat itu tidak akan terjadi sebelum kamu melihat sepuluh tanda :
Asap
Dajjal
Binatang melata di bumi
Terbitnya matahari sebelah barat
Turunnya Nabi Isa A.S
Keluarnya Yakjuj dan Makjuj
Gerhana di timur
Gerhana di barat
Gerhana di jazirah Arab
Keluarnya api dari kota Yaman menghalau manusia ke tempat pengiringan mereka.

Dajjal maksudnya ialah bahaya besar yang tidak ada bahaya sepertinya sejak Nabi Adam A.S sampai hari kiamat. Dajjal boleh membuat apa saja perkara-perkara yang luar biasa.Dia akan mendakwa dirinya Tuhan, sebelah matanya buta dan di antara kedua matanya tertulis perkataan ‘Ini adalah orang kafir’.

Asap akan memenuhi timur dan barat, ia akan berlaku selama 40 hari. Apabila orang yang beriman terkena asap itu, ia akan bersin seperti terkena selsema, sementara orang kafir pula keadaannya seperti orang mabuk, asap akan keluar dari hidung, telinga dan dubur mereka. Binatang melata yang dikenali sebagai Dabatul Ard ini akan keluar di kota Mekah dekat gunung Shafa, iaakan berbicara dengan kata-kata yang fasih dan jelas. Dabatul Ard ini akan membawa tongkat Nabi Musa A.S dan cincin Nabi Sulaiman A.S.

Apabila binatang ini memukulkan tongkatnya ke dahi orang yang beriman, maka akan tertulislah di dahi orang itu ‘Ini adalah orang yang beriman’. Apabila tongkat itu dipukul ke dahi orang yang kafir, maka akan tertulislah ‘Ini adalah orang kafir’. Turunnya Nabi Isa. A.S di negeri Syam di menara putih, beliau akan membunuh dajjal. Kemudian Nabi Isa A.Sakan menjalankan syariat Nabi Muhammad S.A.W.

Yakjuj dan Makjuj pula akan keluar, mereka ini merupakan dua golongan. Satu golongan kecil dan satulagi golongan besar. Yakjuj dan Makjuj itu kini berada di belakang bendungan yang dibangunkan oleh Iskandar Zulqarnain. Apabila keluarnya mereka ini,bilangannya tidak terhitung banyaknya, sehingga kalau air laut Thahatiah diminum nescaya tidak akan tinggal walau pun setitik.

Rasulullah S.A.W telah bersabda,” Hari kiamat itu mempunyai tanda, bermulanya dengan tidak laris jualandi pasar, sedikit sahaja hujan dan begitu juga dengan tumbuh-tumbuhan.Ghibah menjadi-jadi di merata-rata, memakan riba, banyaknya anak-anak zina,orang kaya diagung-agungkan, orang-orang fasik akan bersuara lantang dimasjid, para ahli mungkar lebih banyak menonjol dari ahli haq” 

Berkata Ali bin Abi Talib,Akan datang di suatu masa di mana Islam itu hanya akan tinggal namanya saja,agama hanya bentuk saja, Al-Qur’an hanya dijadikan bacaan saja, mereka mendirikan masjid, sedangkan masjid itu sunyi dari zikir menyebut AsmaAllah. Orang-orang yang paling buruk pada zaman itu ialah para ulama, dari mereka akan timbul fitnah dan fitnah itu akan kembali kepada mereka juga.Dan kesemua yang tersebut adalah tanda-tanda hari kiamat.”

Sabda Rasulullah S.A.W, “Apabila harta orang kafir yang dihalalkan tanpa perang yang dijadikan pembahagian bergilir, amanat dijadikan seperti harta rampasan, zakat dijadikan seperti pinjaman, belajar lain dari pada agama, orang lelaki taat kepada isterinya,mendurhakai ibunya, lebih rapat dengan teman dan menjauhkan ayahnya, suara-suara lantang dalam masjid, pemimpin kaum dipilih dari orang yang fasik, oarng dimuliakan karena ditakuti akan tindakan jahat dan aniayanya dan bukan kerana takutkan Allah, maka kesemua itu adalah tanda-tanda kiamat.”

Ayat-ayat dan hadits yang menyebutkan tanda-tanda kiamat besar di antaranya: Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata, “Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?” Dzulqarnain berkata, “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka.” (Al-Kahfi: 82)

“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml: 82)

Dari Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari ra, berkata: Rasulullah saw. muncul di tengah-tengah kami pada saat kami saling mengingat-ingat. Rasulullah saw. bertanya, “Apa yang sedang kamu ingat-ingat?” Sahabat menjawab, “Kami mengingat hari kiamat.” Rasulullah saw. bersabda,”Kiamat tidak akan terjadi sebelum engkau melihat 10 tandanya.” Kemudian Rasulullah saw. menyebutkan: Dukhan (kabut asap), Dajjaal, binatang (pandai bicara), matahari terbit dari barat, turunnya Isa as. Ya’juj Ma’juj dan tiga gerhana, gerhana di timur, barat dan Jazirah Arab dan terakhir api yang keluar dari Yaman mengantar manusia ke Mahsyar. (HR Muslim)

Dari Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, ”Hari tidak akan berakhir, dan tahun belum akan pergi sehingga bangsa Arab dipimpin oleh seorang dari keluargaku, namanya sama dengan namaku.” (HR Ahmad)

Perbedaan antara tanda-tanda kiamat kecil dan kiamat besar adalah :
Tanda-tanda kiamat kecil secara umum datang lebih dahulu dari tanda-tanda kiamat besar.
Tanda-tanda kiamat kecil sebagiannya sudah terjadi, sebagiannya sedang terjadi dan sebagiannya akan terjadi. Sedangkan tanda-tanda kiamat besar belum terjadi.
Tanda kiamat kecil bersifat biasa dan tanda kiamat besar bersifat luar biasa.
Tanda kiamat kecil berupa peringatan agar manusia sadar dan bertaubat. Sedangkan kiamat besar jika sudah datang, maka tertutup pintu taubat.
Tanda-tanda kiamat besar jika muncul satu tanda, maka akan diikuti tanda-tanda yang lainnya. Dan yang pertama muncul adalah terbitnya matahari dari Barat.

Alam dunia adalah salah satu fase kehidupan yang dilalui oleh manusia, suatu saat nanti dunia ini akan berakhir dan manusia berpindah kepada fase kehidupan berikutnya yaitu alam akhirat. Akhir kehidupan dunia inilah yang disebut Kiamat.

Kiamat pasti tiba tanpa ragu sedikit pun, kepastian terjadinya ditetapkan oleh dalil-dalil al-Qur`an dalam jumlah yang besar. Di antara dalil-dalil tersebut adalah:

a. Firman Allah, “Dan sesungguhnya Hari Kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.” (Al-Hajj: 7).

b. Firman Allah, “Sesungguhnya Hari Kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tiada beriman.” (Ghafir: 59).

c. Firman Allah, “Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan.” (Al-Qamar: 1).

Dari sunnah Nabi saw di antaranya sabda beliau, “Aku diutus, sedangkan aku dan Hari Kiamat adalah seperti ini,’ beliau menyandingkan antara jari telunjuk dan jari tengah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Meskipun Kiamat pasti terjadi akan tetapi Allah merahasiakan waktunya. Dia tidak berkenan memberitahukan kepada seorang pun, tidak kepada nabi yang diutus tidak kepada malaikat yang dekat. Jadi ilmu tentangnya mutlak di tangan Allah semata.

Dalil yang menetapkan hal itu di antaranya:

Firman Allah, “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat, ‘Bilakah terjadinya?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku, tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.’ Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang Hari Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Al-A’raf: 187).

Firman Allah, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisiNya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat.” (Luqman: 34).

Firman Allah, “Manusia bertanya kepadamu tentang Hari Berbangkit. Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang Hari Berbangkit itu hanya di sisi Allah.’ Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi Hari Berbangkit itu sudah dekat waktunya.” (Al-Ahzab: 63).

Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim ketika Jibril datang kepada Nabi saw bertanya tentang kapan Kiamat, Nabi saw menjawab, “Yang ditanya tentang Hari Kiamat tidak lebih mengetahui dari yang bertanya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Walaupun Allah merahasiakan kapan terjadinya Kiamat akan tetapi tidak dengan tanda-tandanya. Dia berkenan memberitahukannya kepada Nabi saw lalu beliau menyampaikannya kepada kita. Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda, “Kiamat tidak terjadi sehingga ada dua kelompok besar bertikai yang memakan korban besar, seruan keduanya satu, dan sehingga muncul para Dajjal pembual besar mendekati 30, semuanya mengaku sebagai rasul Allah dan sehingga ilmu diangkat, gempa terjadi dalam jumlah besar, zaman menjadi dekat, fitnah besar muncul dan pembunuhan merajalela, sehingga harta melimpah di kalangan kalian, ia melimpah sehingga pemilik harta mencari-cari siapa yang menerima sedekahnya, dan sehingga dia menawarkannya maka orang yang ditawari berkata, ‘Aku tidak memerlukannya,’ sehingga manusia berlomba-lomba meninggikan bangunan dan sehingga seseorang melewati kubur orang lain dan dia berkata, ‘Seandainya aku yang menggantikannya’.”

Rabu, Agustus 26, 2009

Tarawih Sepanjang Zaman


Drs.H.M.Tarsi Hawi,S.H.(PTA Banjarmasin)

Dulu, begitu akan tiba bulan suci Ramadan, mulai pula diperbincangkan tentang jumlah rakaat Salat Tarawih. Kadang kala menjadi perdebatan yang bersifat negatif, dan tentu pula kadang kala bersiat poisitif, bila pihak-pihak dapat saling memahami bahwa betidak-samaan berpendapat itu adalah rahmat bagi semua.

Sekarang, berapapun jumlah rakaat salat Tarawih, bukanlah sesuatu yang penting untuk diperdebatkan. Umat sudah mulai dapat memahami, bahwa hasil ijtihad bila ternyata benar, sudah tersedia dua kebaikan di sisi Allah dan bila ternyata salah, ijtihadnya tidak disia-siakan, tetap bernilai suatu kebaikan di sisi-Nya. Pada tulisan ini, hanyalah sekadar pengungkapan kembali dasar ijtihad mengapa ada perbedaan jumlah rakaat Salat Tarawih.

Selengkapnya........

Selasa, Agustus 25, 2009

Ibadah Shaum Dan Keimanan Yang Unik

Oleh : Hamzah (Karyawan Badilag)

Bismillaahirrahmaanirraahiim

Dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir Jilid I dikisahkan bahwa : Suatu saat Rasulullah SAW berkumpul dengan para sahabatnya dalam satu Majlis. Biasanya para Sahabat yang bertanya kepada Rasulullah SAW, tetapi kali ini justru Rasulullah yang bertanya kepada para Sahabat.

Rasulullah bertanya : “ Ayyul Khalqa A’jaba Ilaikum Iimaana “ ? Makhluk manakah yang memiliki keimanan yang unik wahai para sahabatku ?

Para sahabat menjawab : Menurut kami makhluk yang memiliki keimanan yang unik adalah para malaikat Ya Rasulullah !

Rasulullah menjawab : Bukan! Bukan para malaikat yang memiliki keimanan yang unik, karena para malaikat adalah makhluk yang setiap saat senantiasa bisa berkomunikasi langsung dengan Allah SWT. Jadi alangkah naifnya para malaikat yang senantiasa diberi kebebasan berkomunikasi langsung dengan Allah SWT tetapi mereka tidak beriman kepada-Nya. Jadi keimanan yang demikian tidak temasuk keimanan yang unik dari seorang makhluk.

Rasulullah bertanya lagi : Jadi kalau begitu makhluk manakah yang memiliki keimanan yang unik selain para malaikat ?

Para sahabat menjawab lagi : kalau bukan para malaikat berarti para Nabi dan Rasul Allah Ya Rasulullah !

Rasulullah menjawab lagi : Para Nabi dan Rasul Allah juga bukan termasuk makhluk yang memiliki keimanan yang unik, karena para Nabi dan Rasul adalah manusia pilihan Allah yang dipercaya menerima wahyu-Nya secara langsung atau melalui malaikat Jibril. Alangkah naifnya para Nabi dan Rasul yang langsung menerima wahyu dari Allah jika mereka tidak beriman kepada-Nya. Jadi keimanan para Nabi dan Rasul Allah bukan termasuk makhluk yang memiliki keimanan yang unik sebab mereka adalah manusia- manusia pilihan Allah yang pernah bertemu langsung dengan Allah dalam menerima wahyu- Nya atau melalui malaikat Jibril yang senantiasa berkomunikasi langsung dengan Allah.

Rasulullah bertanya lagi : Jadi kalau begitu makhluk manakah lagi yang memiliki keimanan yang unik selain Nabi dan Rasul Allah ?

Para sahabat menjawab lagi : kalau bukan para Nabi dan Rasul Allah berarti kami para sahabat Ya Rasulullah !

Rasulullah menjawab lagi : Para sahabat Nabi juga bukan termasuk makhluk yang memiliki keimanan yang unik, karena para sahabat Nabi adalah orang yang hidup semasa dengan para Nabi dalam keadaan beriman dan taat kepada Nabi (yang dipercaya menerima wahyu Allah secara langsung atau melalui malaikat Jibril). Alangkah naifnya para sahabat Nabi yang langsung bertemu dengan Nabi dan Rasul tetapi mereka tidak beriman kepada-Nya. Jadi keimanan para sahabat Nabi dan Rasul bukan termasuk makhluk yang memiliki keimanan yang unik sebab mereka adalah manusia- manusia yang hidup bersama dengan Nabi dan Rasul (yang langsung menerima wahyu- Nya atau melalui malaikat Jibril). 

Rasulullah bertanya lagi : Jadi kalau begitu makhluk manakah yang memiliki keimanan yang unik selain sahabat Nabi dan Rasul ?

Para sahabat menjawab lagi : kalau bukan sahabat Nabi dan Rasul berarti para tabi’in Ya Rasulullah !

Rasulullah menjawab lagi : Para tabi’in juga bukan termasuk makhluk yang memiliki keimanan yang unik, karena mereka pernah bertemu langsung dengan para sahabat Nabi. Sementara sahabat Nabi adalah orang yang hidup semasa dengan para Nabi dan para Nabi adalah manusia yang dipilih dan dipercaya menerima wahyu-Nya secara langsung atau melalui malaikat Jibril. Alangkah naifnya para tabi’in yang langsung bertemu dengan sahabat Nabi jika mereka tidak beriman kepada Allah. Jadi keimanan para tabi’in bukan termasuk makhluk yang memiliki keimanan yang unik.

Para sahabat berkata dengan penuh penasaran : Kami tidak sanggup ya Rasulullah menjawab pertanyaan- pertanyaan tadi, jadi kalau begitu siapakah gerangan Ya Rasulullah makhluk yang tergolong memiliki keimanan yang unik tersebut ?.

Rasulullah menjawab : Makhluk yang termasuk memiliki keimanan yang unik adalah manusia yang hidup jauh setelah aku (kata Rasulullah), setelah sahabatku dan setelah tabi’in, tetapi mereka memiliki keimanan kepada sesuatu yang ghaib bagi mereka. Itulah orang yang bertaqwa yang senantiasa berpegang teguh terhadap al-Qur’an dan memperoleh petunjuk dari al-Qur’an.

Dari peristiwa tadi maka turunlah ayat al-Qur’an surat al- Baqarah ayat 3 s/d 5 :

“Yaitu orang- orang yang beriman kepada sesuatu yang ghaib, senantiasa mendirikan sholat, menafkahkan hartanya. Dan orang- orang yang beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ( al-Qur’an ) dan kitab sebelumnya serta beriman kepada hari akhir. Mereka adalah orang yang memperoleh petunjuk-Nya dan mereka termasuk orang- orang yang beruntung”.  

Jadi kalau begitu makhluk yang memiliki keimanan yang unik adalah manusia yang hidup jauh setelah Rasulullah, jauh setelah sahabat Rasulullah dan jauh setelah para Tabi’in tetapi mereka benar- benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan cara bertaqwa kepada-Nya. 

Apakah termasuk kita ?

Bukankah kita tidak pernah bertemu langsung dengan Allah ? tetapi kita beriman dan bertaqwa kepada- Nya.

Bukankah kita tidak pernah bertemu langsung dengan para Malaikat Allah ? tetapi kita beriman kepada para Malaikat Allah.

Bukankah kita tidak pernah bertemu langsung dengan Nabi dan Rasul Allah ? tetapi kita beriman kepada Nabi dan Rasul.

Bukankah kita tidak pernah bertemu langsung dengan Sahabat Rasulullah dan Tabi’in ? tetapi kita percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang sholeh dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Alhasil semoga kita termasuk golongan makhluk yang memiliki keimanan yang unik dengan modal ketaqwaan kepada-Nya. Akan tetapi muncul pertanyaan besar bagi kita semua, “ Bagaimana cara memelihara keimanan yang unik tadi jika memang kita termasuk di dalamnya, sehingga kita masih tergolong orang yang bertaqwa kepada- Nya ?

Salah satu caranya adalah dengan memelihara ibadah shaum Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan. Karena tujuan ibadah shaum adalah mencetak manusia- manusia yang bertaqwa (Tattaquun) (QS. 2 : 183), manusia yang pandai bersyukur (Tasykurun) (QS. 2: 185) dan manusia yang mendapat petunjuk- Nya(Yarsyuduun)( QS. 2 : 186).

Landasan keimanan kita dalam melaksanakan ibadah shaum adalah termasuk keimanan yang unik sebagaimana yang dimaksud oleh Rasulullah SAW, sebab Setting Social nya sangat berbeda secara dhohiri dengan keimanan para Malaikat, para Nabi dan Rasul, para Sahabat Nabi, bahkan dengan Tabi’in sekalipun. Akan tetapi secara hakiki keimanan kita sama dengan keimanan para Malaikat, para Nabi dan Rasul, para Sahabat dan para Tabi’in (QS. 2 : 287). Semoga ibadah shaum kita diterima Allah SWT. Amin. Aquulu Qauli Hadza Wastaghfirullaaha Lii Walakum Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jumat, Agustus 21, 2009

MARHABAN YA RAMADHAN

IBADAH PUASA MELAHIRKAN KESUCIAN JIWA

اَلْحَمْدُلِلَّهِ اَّلذِي فَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيامِ حَقَّ حَمْدِهْ, وَالصَّلاةُ وَالسَّلامُ عَلىَ سَيِّدِنا مُحَمَّدِ نِالَّذِي سَنَّ لَنا الْقِيامَ نَبِيِّهِ وَعَبْدِهْ, اَشْهَدُ اَنْ لاَّاِلَهَ اِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاشَرِيْكَ لَهْ, وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَّلذِي لاَنَبِيَّ بّعْدَهْ, اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَّعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَجُنْدِهْ, وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإحْسانٍ اِلى يَوْمِ الدِّيْنِ يَوْمَ يَجْزِيَ الله ُعَلى اَمْثالِ عِبَادِهْ, اَمَّا بَعْدُ , اِتَّقُواالله َحَقَّ تُقاتِهِ وَلاتَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْن.

Puja dan puji serta penuh rasa syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia Nya, kita dapat bertemu kembali di bulan yang penuh rahmat, ampunan dan maghfirah Nya ini.

Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan Rasulullah SAW. Mudah-mudahan ibadah puasa yang kita laksanakan dengan penuh kesadaran dan semata-mata karena Allah, kiranya dapat meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT.

Para pemirsa televise Daya Taka rahimakumullah. Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia :

Betapa bahagianya kita pada saat ini, berada bersama-sama umat diseluruh dunia di dalam bulan Ramadhan yang penuh berkah. Kebahagiaan yang kita rasakan ini adalah semata-mata karena kebenaran agama Allah atau agama Islam. Islam berarti penyerahan diri secara mutlak hanya kepada Allah, Tuhan pencipta alam semesta. Karenanya setiap muslim wajib mentaati segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya

Sekarang telah tiba bulan ramadhan, berarti kita akan melaksanakan perintah Allah yang berbunyi :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.(البقرة: 183)

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa",

Marilah kita sambut kedatangannya dengan ucapkan Marhaban Ya Ramadhan, Marhaban Ahla Shiyam, sungguh berbahagia setiap manusia muslim yang mukmin, semoga kita dapat menyelesaikan amal ramadhan ini, yang mana amal ramadhan itu akan menjadi saksi, menjadi pembela dan penolong dihadapan mahkamah Allah Rabbul 'Alamin.

Oleh karenanya, sudah sepantasnyalah kita meyakini bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah dan dipuja kecuali Allah. Titah dan firman-Nya adalah nyata kebenarannya. Ajaran dan tuntunan-Nya tidak ada yang dapat merubahnya. Segala ketentuan-Nya terbukti kebenarannya.

الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ. (البقره : 147 )

"Ajaran dan kebenaran itu hanya dari Tuhanlah yang pasti, sedangkan ajaran-ajaran lainnya adalah bersifat sementara dapat berubah dan berganti, karenanya janganlah engkau menjadi orang-orang yang ragu-ragu".

Puasa ramadhan akan melatih jasmani dan rohani kita, ia akan mendidik budi pekerti kita dan akan mencerdaskan akal kita. Puasa ramadhan adalah tempat latihan untuk menguasai diri, latihan mengekang hawa nafsu, walaupun barang halal kepunyaan kita sendiri.

Puasa ramadhan dapat mempertinggi sifat-sifat kepribadian, untuk memelihara martabat dan wibawa umat Islam dari pandangan manusia lain.

Puasa ramadhan mengajarkan agar kita manusia yang menguasai benda, tetapi bukan benda yang menguasai manusia.

Puasa ramadhan adalah merupakan ibadah kehadirat Allah SWT dan dengannya menjadilah para pelakunya insan muttaqin.

Itulah puasa ramadhan. Kini kita berada dalam latihan-latihan suci itu. Di dalam latihan suci itu kita telah di tempa, dibina, menjadi manusia yang dapat menguasai diri dan mengekang hawa nafsu.

Namun Allah SWT memerintahkan mengekang hawa nafsu bukan hanya dibulan puasa saja, tetapi kita harus hadapi setiap hari, bahkan setiap saat. Karena akibat hawa nafsulah dunia, masyarakat, keluarga dapat menjadi kacau balau.

.... إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ ...الخ (يوسف: 53 )

Sesungguhnya hawa nafsu itu senanitasa membawa kita kepada pertentangan dan perselisihan yang akan mengakibatkan kahancuran dan kebinasaan

Karenanya nafsu-nafu itu harus kita patahkan dan kita kalahkan, terutama nafsu-nafsu yang mengajak kepada sifat kesombongan, kecongkakan, kerakusan, ingin menang sendiri, ingin berbuat semaunya sendiri, ingin dianggap penting sendiri dan lain sebagainya.

v Selama sebulan kita berpuasa menahan makan dan minum serta syahwat disiang hari.

v Selama sebulan kita berjuang melawan hawa nafsu, bertempur habis-habisan untuk membebaskan roh kita dari penjajahan nafsu yang tidak kenal kepuasan.

v Selama sebulan kita dididik dan dilatih untuk insyaf dan sadar bahwa harta yang kita miliki ini harus dipergunakan menurut aturan dan tuntunan Allah.

Ini semua kita lakukan agar supaya kita tidak :

v Menjadi hartawan ala Qarun

v Tidak menjadi bangsawa ala Fir'aun

v Tidak menjadi ilmuan ala iblis.

Karena ketiga golongan itu adalah contoh perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam, yang berarti melanggar aturan Allah.

v Hartawan ala Qarun adalah hartawan yang semberono, berbuat sewenang-wenang, seenaknya saja membelanjakan dan mempergunakan hartanya, tidak menurut garis-garis yang diatur Allah, dia lupa daratan, lupa akan Allah yang memberinya ni'mat, sehingga dia kufur ni'mat.

.... لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ. (إبراهيم: 7)

… "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

v Bangsawan ala Fir'aun adalah model penguasa yang berbuat semaunya saja, marajalela dengan kekuasaan ditangannya, tanpa mengindahkan garis-garis keadilan dan norma-norma yang telah ditetapkan dan ditentukan Allah. Dia lupa bahwa kekuasaan itu juga adalah ni'mat Allah lalu dia kufur ni'mat.

v Ilmuan ala iblis adalah karena kesombongannya berani dia menentang perintah Allah. Dia merasa hebat sendiri seolah-olah lebih pandai dari pada Allah SWT, sehingga Al Qur'an mengatakan sebagai berikut;

... قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ. (البقره:30)

Iblis berkata, akan Engkau jadikan manusia yang akan merusak dunia dan akan melakukan pertumpahan darah, sedang kami ini (malaikat) yang selalu mensucikan Engkau, memuji dan memuja Engkau. Allah menjawab, Aku lebih tahu dari pada engkau

Ketiga sikap inilah yang masih selalu kita lihat dan kita rasakan yang perlu kita buang jauh-jauh. Sebab bila ketiga kelompok ini berada didalam masyarakat maka hancurlah masyarakat dan Negara itu. Karena hartawan yang bakhil, bangsawan yang zhalim dan ilmuan yang sombong itu akan menjadi kebal hukum, sehingga semua ketentuan, semua norma-norma akan tidak ada pengaruhnya kepada mereka. Akibatnya keadilan dan kebenaran tidak bisa ditegakkan di tengah-tengah masyarakat dan Negara.

Ingatlah bahwa harta, tahta dan ilmu akan tidak ada gunanya dan tidak akan ada manfaatnya bila tidak disertai dengan sifat taqwa. Tanpa taqwa, harta, tahta, dan ilmu akan menjadi bala dan laknat bagi masyarakat bangsa dan Negara.

Karenanya Allah mengabadikan contohnya dalam al Qur'an :

v Betapa kekayaan si Qarun, tetapi karena bakhilnya, dia tidak pandai mempergunakan hartanya dijalan Allah sehingga dirinya beserta hartanya hancur lebur, ambelas terbenam diperut bumi.

v Begitu juga betapa hebatnya kekuasaan Fir'aun, tetapi karena aniaya dan zhalimnya, keadilan diinjak-injaknya, rakyatnya diperas dan ditindas, akhirnya dia bersama dengan stafnya dan seluruh pembantunya mati konyol tenggelam didasar lautan.

Allah berfirman :

حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ ءَامَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا الَّذِي ءَامَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ. (يونس: 90)

Ketika Fir'aun hampir tenggelam (sudah megap-megap dilautan) berkatalah ia : aku percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israel dan aku termasuk orang yang berserah diri kepada Tuhan

v Begitu juga iblis karena kesombongannya dia berani menentang Allah, dia tidak mau sujud kepada Nabi Adam, karena merasa hebat sendiri, pintar sendiri, akhirnya dia dikeluarkan oleh Allah dari dalam syurga. Syurga adalah tempat orang yang tawadhdhu', bukan tempat orang yang sombong semacam iblis.

Saudara-saudara kaum muslimin yang mulia;

Bila kita memang benar-benar sebagai muslim yang baik dan gambaran puasa ramadhan ini bermanfaat, maka hendaknya kita tidak hanya mampu melaksanakan perintah Allah tetapi juga mampu menjauhi larangan Allah, sehingga tercermin didalam kenyataan :

v Bila kita hartawan, hendaknya hartawan yang dermawan

v Bila kita bangsawan, hendaknya bangsawan yang adil dan bijaksana

v Bila kita seorang ilmuan, hendaknya menjadi ilmuan yang terdidik dan terpimpin, tidak takabbur dan sombong.

Demikian yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan yang berbahagia ini.Mudah-mudahan dengan berkah rahmat dan magfirah yang Allah turunkan di dalam bulan suci ramadhan ini, mampu lebih memacu kita untuk mencapai tingkatan mukmin dan muttaqin yang selalu diredhai Allah.

Kamis, Agustus 13, 2009

Arti Penting Filsafat Hukum

Arti Penting Filsafat Hukum bagi Penerapan dan Pembentukan Hukum
 
Gadgets powered by Google

Seperti telah dikemukakan dalam kuliah umum Prof. Peter Mahmud Marzuki tentang Tempat Filsafat Hukum dalam Studi Ilmu Hukum maka kali ini akan kami sajikan paparan beliau tentang Arti Penting Filsafat Hukum bagi Penerapan dan Pembentukan Hukum.

Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian pertama Bab ini bahwa filsafat hukum sangat berguna bagi mereka yang bergerak di dunia praktis sehari-hari dan penyusun naskah akademis Rancangan Undang-undang. Masalah sehari-hari adalah masalah penerapan hukum baik oleh eksekutif, hakim, maupun kuasa para fihak dalam bersengketa atau dalam melakukan hubungan hukum. Akan tetapi dalam masalah sehari-hari juga dimungkinkan adanya pembentukan hukum (rechtsconstructie) oleh hakim dalam kerangka penemuan hukum (rechtsvinding). Sedangkan penyusun naskah akademis suatu Rancangan Undang-undang biasanya adalah kalangan akadimisi yang bekerja sama dengan departemen atau instansi yang mengajukan RUU tersebut.

Sebenarnya baik penerapan hukum termasuk pembentukan hukum oleh hakim maupun penyusunan naskah akademis RUU merupakan konkritisasi tujuan hukum yang merupakan sesuatu yang ideal. Dalam Bab III buku saya Pengantar Ilmu Hukum, saya menyatakan bahwa damai sejahtera (peace) merupakan tujuan hukum. Saya kemukakan damai sejahtera sebagai tujuan hukum karena saya berpangkal pada kenyataan adanya perbedaan dalam kehidupan masyarakat. Perbedaan itu dapat bersifat materiil maupun immateriil.

Dalam suatu masyarakat sekecil apapun dan dalam keadaan berlimpah sekalipun, masih saja terdapat perbedaan dan perbedaan itu bukan tidak mungkin mengarah kepada perselisihan. Hanya saja perbedaan itu dikelola sedemikian rupa sehingga harmoni tetap dijaga dan perselisihan diselesaikan dengan mempertimbangkan keadaan masing-masing fihak. Sebagaimana dalam paduan suara terdapat suara sopran, alto, tenor, bariton, dan bas yang walaupun berbeda-beda apabila diaransir secara tepat akan menjadi suatu bunyi yang indah, demikian juga perbedaan-perbedaan dalam masyarakat tidak mungkin dihilangkan, melainkan diatata sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang elok.

Hal itu berbeda dengan situasi yang tertib (order). Tertib mempunyai makna tidak kacau. Situasi semacam itu dapat dicapai meskipun di dalamnya terdapat penindasan oleh yang kuat terhadap yang lemah atau adanya ketidakseimbangan perlindungan. Dalam situasi yang tertib mungkin secara agregat masyarakat itu makmur tetapi kemakmuran itu tidak dinikmati secara seimbang oleh setiap individu yang menjadi warga masyarakat itu. Di dalam kehidupan bermasyarakat semacam itu mungkin sekali terdapat kesenjangan. Sebaliknya, dalam situasi damai sejahtera, perbedaan selalu ada tetapi tidak sampai menimbulkan kesenjangan. Demikian juga, dalam suasana yang tertib, tidak dimungkinkan adanya perbedaan pendapat karena hal itu akan mengganggu ketertiban. Dalam situasi damai sejahtera, perbedaan pendapat diarahkan kepada pencapaian kualitas kehidupan yang lebih tinggi bukan dipadamkan. Oleh karena itulah dalam suatu masyarakat yang membutuhkan ketertiban, pemerintah akan bersikap represif dan otoriter.

Hukum harus dapat menciptakan damai sejahtera, bukan ketertiban. Damai sejahtera inilah yang merupakan tujuan hukum. Dalam situasi damai sejahtera hukum melindungi kepentingan-kepentingan manusia baik secara materiil maupun immateriil dari perbuatan-perbuatan yang merugikan. Mengenai kepentingan kepentingan yang ada dalam masyarakat ini, Roscoe Pound membedakan antara kepentingan pribadi, kepentingan publik, dan kepentingan sosial. Kepentingan pribadi berupa keinginan seseorang mengenai hal hal yang bersifat pribadi, misalnya perkawinan. Kepentingan publik bersangkut paut dengan kehidupan kenegaraan, misalnya hak pilih dalam pemilihan umum. Sedangkan kepentingan sosial menyangkut kehidupan sosial, misalnya pemeliharaan moral. Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Roscoe Pound ini terlihat bahwa dalam menentukan kepentingan yang mana yang harus dilindungi oleh hukum, pertimbangan subjektif memagang peranan penting dengan mengingat faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan agama. Oleh karena itulah dapat difahami kalau L.J. van Apeldoorn menyatakan bahwa usulan mengenai daftar kepentingan yang dilindungi tidak lain dari pada usulan yang timbul dari agenda politik. Tidak dapat disangkal bahwa bahwa penilaian subjektif mewarnai pertimbangan kepentingan apa yang harus diprioritaskan dan mana yang harus dikorbankan. Dalam memutuskan hal itu tidak terdapat suatu ukuran yang bersifat objektif.

Meskipun tidak mungkin diperoleh ukuran yang benar-benar objektif artinya tidak terdapat subjektivitas sama sekali dalam memutuskan kepentingan mana yang diprioritaskan, setidak-tidaknya harus diperoleh ukuran yang mendekati objektivitas. Dalam hal inilah filsafat hukum dapat menjadi pedoman.

Untuk memperoleh gambaran mengenai hal itu perlu dikemukakan contoh. Misalnya, suatu aturan hukum menetapkan bahwa setiap penggunaan dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah harus disetujui oleh Bupati atau Walikota; apabila tanpa persetujuan tersebut, tindakan itu merupakan tindakan korupsi. Pada hari Sabtu, saat tidak ada kantor, terjadi suatu gempa bumi; dalam hal demikian, aparat harus bertindak sigap untuk menolong korban dengan mengeluarkan dana, namun terdapat hambatan yuridis sebab apabila hal itu dilakukan, tindakan itu merupakan tindak korupsi. Dalam menghadapi situasi semacam itu filsafat hukum memberikan pedoman bahwa hukum dibuat untuk masyarakat bukan untuk hukum itu belaka. Oleh karena itulah dengan menggunakan konsep freiss ermessen atau discretionary power aparat tidak perlu menunggu persetujuan Bupati atau Walikota dalam mencairkan anggaran untuk menolong korban gempa bumi itu. Dalam hal demikian yang dipersoalkan bukan menurut hukum (rechtmatig) atau melanggar hukum (onrechtmatig), melainkan doelmatig artinya adakah tujuan yang lebih tinggi dari pada sekadar formalitas. Dalam kasus itu, dilihat dari sudut azas legalitas, suatu tindakan mencairkan dana APBD tanpa persetujuan Bupati atau Walikota merupakan suatu tindakan korupsi; akan tetapi azas legalitas tidak boleh mengalahkan tujuan yang secara substansial lebih tinggi, yaitu menyelamatkan nyawa manusia. Di sinilah arti penting filsafat hukum.

Contoh lain yang menunjukkan arti penting filsafat hukum dalam praktik sehari-hari adalah suatu kasus yang unik Riggs v Palmer yang biasanya disebut kasus Elmer. Di dalam kasus itu Elmer membunuh kakeknya dengan cara meracuni orang tua itu karena ia curiga bahwa sang kakek akan mengubah testamen yang telah dibuatnya karena kakek tersebut kawin lagi. Di dalam testamen tersebut dinyatakan bahwa Elmer mewarisi sejumlah harta. Elmer kemudian dinyatakan bersalah dan dipidana penjara untuk jangka waktu tertentu. Anak-anak perempuan sang kakek yang masih hidup menggugat pengurus testamen atas dasar Elmer tidak layak untuk mewarisi harta ayah mereka karena membunuh si pembuat testamen. Di negara bagian New York tidak terdapat ketentuan seperti pasal 912 Burgerlijk Wetboek Indonesia yang berbunyi:
Orang yang dijatuhi hukuman karena telah membunuh pewaris, orang yang telah menggelapkan, memusnahkan atau memalsukan surat wasiat pewaris, atau orang yang dengan paksaan atau kekerasan telah menghalangi pewaris untuk mencabut atau mengubah surat wasiatnya, serta istri atau suaminya dan anak-anaknya, tidak boleh menikmati suatu keuntungan pun dari wasiat itu.

Dengan tidak adanya ketentuan semacam itu di negara bagian New York, dapat saja pengadilan itu memutuskan Elmer berhak atas harta yang tertuang di dalam surat wasiat itu. Apabila hal itu yang terjadi, berlakulah pandangan bahwa apabila tidak dilarang berarti dibolehkan. Namun, pengadilan New York berdasarkan suara mayoritas memutuskan bahwa Elmer tidak boleh menikmati harta yang diwasiatkan dalam testamen itu. Putusan pada kasus itu mencerminkan bahwa pengadilan New York mengacu kepada nilai yang lebih tinggi dari sekadar mengacu kepada ada tidaknya ketentuan perundang-undangan. Dalam hal ini pengadilan itu berpegang kepada prinsip bahwa seseorang tidak boleh mendapat keuntungan dari kejahatannya.

Dari putusan itu dapat diperoleh suatu pemikiran bahwa apabila sesuatu tidak dilarang bukan berarti bahwa sesuatu itu dibolehkan. Pengadilan New York telah memberikan bingkai untuk sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Bingkai itu bukan berupa aturan hukum, melainkan berupa suatu nilai kepatutan. Nilai inilah yang dijadikan landasan pengadilan New York untuk melarang pembunuh pemberi testamen menikmati isi testamen yang menguntungkan pembunuh.

Suatu kasus sejenis yang perlu juga dikemukakan sebagai contoh adalah kasus Henningsen v Bloomfield di negara bagian New Jersey. Dalam kasus itu, Henningsen membeli sebuah mobil berdasarkan suatu kontrak yang mengandung klausula bahwa tanggung gugat produsen hanya sebatas memperbaiki bagian-bagian yang cacat dan selebihnya produsen tidak bertanggung gugat. Akan tetapi kemudian terjadi kecelakaan dan ia menggugat produsen untuk minta biaya pengobatan meskipun ia tahu dalil untuk mengajukan gugatan itu tidak terdapat dalam klausula kontrak yang telah ia sepakati. Ternyata, pengadilan New Jersey mengabulkan gugatan Henningsen dan berpendapat bahwa berdasarkan kepatutan, produsen mobil harus bertanggung gugat atas cacat mobil yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Dari putusan itu, sekali lagi menunjukkan bahwa bukan ketentuan-ketentuan yang secara formal tertuang di dalam kontrak yang dijadikan acuan oleh pengadilan, melainkan kepatutan. Dalam hal inipun filsafat hukum memberi pedoman, yaitu dalam hubungan antara seorang individu dengan individu lainnya.

Dalam rangka penyusunan naskah akademis RUU pun juga tidak dapat dilepaskan dari tujuan hukum, yaitu damai sejahtera. Naskah akademis tersebut harus dapat menjabarkan tujuan itu sampai kepada ketentuan-ketentuan yang operasional. Konsiderans “Menimbang” dalam suatu undang-undang sebenarnya merupakan suatu gagasan yang bersifat konkrit perlunya dibuat undang-undang itu. Gagasan dasar biasanya yang diambil dari naskah akademis biasanya dimuat dalam Penjelasan Umum.
Penjelasan Umum suatu undang-undang berisi pemikiran yang bersifat filosofis. Sebagai contoh dikemukakan petikan Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebagai berikut:
... Penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing.

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antarinstansi Pemerintah Pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha ...

Senin, Agustus 10, 2009

HANYA INGIN MENGINGATKAN......

Assalamualaikum Wr. Wb

Hanya sekedar mengingatkan …
semoga bermanfaat.

KUBUR SETIAP HARI MENYERU MANUSIA LIMA (5) KALI
1. Aku rumah yang terpencil,maka kamu akan senang dengan selalu membaca Al-Quran.
2. Aku rumah yang gelap,maka terangilah aku dengan selalu solat malam.
3. Aku rumah penuh dengan tanah dan debu,bawalah amal soleh yang menjadi hamparan.
4. Aku rumah ular berbisa,maka bawalah amalan Bismillah sebagai penawar.
5. Aku rumah pertanyaan Munkar dan Nakir,maka banyaklah bacaan
“Laa ilahaillallah, Muhammadar Rasulullah”, supaya kamu dapat jawapan kepadanya.

LIMA JENIS RACUN DAN LIMA PENAWARNYA
1. Dunia itu racun, zuhud itu obatnya.
2. Harta itu racun, zakat itu obatnya.
3. Perkataan yang sia-sia itu racun, zikir itu obatnya.
4. Seluruh umur itu racun, taat itu obatnya.
5. Seluruh tahun itu racun, Ramadhan itu obatnya.

ADA 4 DIPANDANG SEBAGAI IBU :
1. Ibu dari segala OBAT adalah SEDIKIT MAKAN.
2. Ibu dari segala ADAB adalah SEDIKIT BERBICARA.
3. Ibu dari segala IBADAT adalah TAKUT BUAT DOSA.
4. Ibu dari segala CITA CITA adalah SABAR.

ORANG YANG TIDAK MELAKUKAN SHOLAT:

Subuh : Dijauhkan cahaya muka yang bersinar
Zuhur : Tidak diberikan berkah dalam rezekinya
Asar : Dijauhkan dari kesihatan/kekuatan
Maghrib : Tidak diberi santunan oleh anak-anaknya.
Isya : Dijauhkan kedamaian dalam tidurnya

Wassalam.

Catatan : Sumber forward email dari Sasra Irwin Devika

Senin, Juni 29, 2009

MANUSIA DIANTARA DUA TANGISAN

Detik waktu bersama kelahiran seorang bayi dihiasi tangisan .Nyaring berkumandang menghiasi telinga si IBU. Merakah tersenyum hatinya gembira penawar sakit dan lesu serta berjuang dengan Maut. Lalu mulailah sebuah kehidupan yang baru didunia dengan sebuat resiko pahit dan kejamnya kehidupan ini, bercucurkan darah dan tetes air mata.

Air mata adakalanya penyubur hati, penawar duka. Adakalanya buih Kekecewaan yang menghimpit perasaan dan kehidupan ini. Air mata seorang manusia hanyalah umpama air kotor diperlimpahan. Namun setetes air mata kerana takut kepada ALLAH persis permata indahnya gemerlapan terpancar dari segala arah dan penjuru. Penghuni Syurga ialah mereka yang banyak mencucurkan air mata Demi ALLAH� dan Rasulnya bukan semata karena harta dan kedudukan.

Pencinta dunia menangis kerana dunia yang hilang. Perindu akhirat menangis kerana dunia yang datang.

Alangkah sempitnya kuburku, keluh seorang batil, Alangkah sedikitnya hartaku, kesal si hartawan (pemuja dunia).

Dari mata yang mengintai setiap kemewahan yang mulus penuh rakus, mengalirlah air kecewa kegagalan. Dari mata yang redup merenung Hari Akhirat yang dirasakan dekat, mengalirkan air mata insaf mengharap kemenangan, serta rindu akan RasulNya.

"Penghuni Syurga itulah orang-orang yang menang." (al- Hasr: 20)

Tangis adalah basahan hidup, justeru: Hidup dimulakan dengan tangis, Dicela oleh tangis dan diakhiri dengan tangis. Manusia sentiasa dalam dua tangisan. � Sabda Rasulullah s.a.w. "Ada dua titisan yang ALLAH cintai, pertama titisan darah para Syuhada dan titisan air mata yang jatuh kerana takutkan ALLAH." 

Nabi Muhammad bersabda lagi : "Tangisan seorang pendosa lebih ALLAH cintai daripada tasbih para wali." 

Oleh karena itu berhati-hatilah dalam tangisan, kerana ada tangisan yang akan mengakibatkan diri menangis lebih lama dan ada tangisan yang membawa bahagia untuk selama-lamanya. Seorang pendosa yang menangis kerana dosa adalah lebih baik daripada Abid yang berangan-angan tentang Syurga mana kelak ia akan bertakhta.

Nabi bersabda : "Kejahatan yang diiringi oleh rasa sedih, lebih ALLAH sukai dari satu kebaikan yang menimbulkan rasa takbur." 

Ketawa yang berlebihan tanda lalai dan kejahilan. Ketawa seorang ulamak dunia hilang ilmu, hilang wibawanya. Ketawa seorang jahil, semakin keras hati dan perasaannya.

Nabi Muhammad bersabda : "Jika kamu tahu apa yang aku tahu niscaya kamu banyak menangis dan sedikit ketawa." 

Seorang Hukama pernah bersyair : "Aku heran dan terperanjat, melihat orang ketawa kerana perkara-perkara yang akan menyusahkan, lebih banyak daripada perkara yang menyenangkan." 

Salafusshaleh menangis walaupun banyak beramal, takut-takut tidak Diterima ibadatnya, kita ketawa walaupun sadar diri kosong daripada amalan. 

Lupakah kita 

Nabi pernah bersabda : "Siapa yang berbuat dosa dalam ketawa, akan dicampakkan ke neraka dalam keadaan menangis." 

Kita gembira jika apa yang kita idamkan tercapai. Kita menangis kalau Yang kita cita-citakan terabai. Nikmat disambut ria, kedukaan menjemput duka.

Namun,Allah SWT telah berfirman : " Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, pada hal ianya amat buruk bagimu. ALLAH mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui." (AL BAQARAH : 216)

Bukankah Nabi pernah bersabda: "Neraka dipagari nikmat, syurga dipagari bala." 

Menangislah wahai diri, agar senyumanmu banyak di kemudian hari. Kerana engkau belum tahu, nasibmu dihizab kanan atau hizab kiri. Di sana, lembaran sejarahmu dibuka satu persatu, menyemarakkan rasa malu berabad-abad lamanya bergantung kepada syafaat Rasulullah yang dikasihi Tuhan. Kenangilah, sungai-sungai yang mengalir itu banjiran air mata Nabi Adam yang menangis bertaubat, maka suburlah dan sejahteralah bumi kerana terangkatnya taubat. 

Menangislah seperti Saidina Umar yang selalu memukul dirinya dengan berkata: "Kalau semua masuk ke dalam syurga kecuali seorang, aku takut akulah orang itu."

Menangislah sebagaimana Ummu Sulaim apabila ditanya : "Kenapa engkau menangis?" "Aku tidak mempunyai anak lagi untuk saya kirimkan ke medan Perang," jawabnya.

Menangislah sebagaimana Ghazwan yang tidak sengaja terpandang wanita rupawan. Diharamkan matanya dari memandang ke langit seumur hidup,lalu berkata : "Sesungguhnya engkau mencari kesusahan dengan pandangan itu."

Ibnu Masud r.a.berkata : "Seorang yang mengerti al Quran dikenali waktu malam ketika orang lain tidur, dan waktu siangnya ketika orang lain tidak berpuasa, sedihnya ketika orang lain sedang gembira dan tangisnya di waktu orang lain tertawa. Diamnya di waktu orang lain berbicara, khusuknya di waktu orang lain berbangga, seharusnya orang yang mengerti al Quran itu tenang, lunak dan tidak boleh menjadi seorang yang keras, kejam, lalai, bersuara keras dan marah.

Tanyailah orang-orang shaleh mengapa dia tidak berhibur : "Bagaimana hendak bergembira sedangkan mati itu di belakang kami, kubur di hadapan kami, kiamat itu janjian kami, neraka itu memburu kami dan perhentian kami ialah ALLAH."

Menangislah di sini, sebelum menangis di sana!!!............. 

Wallahu a'lam...
 
RIZAL JALAL